Pages

Saturday, April 16, 2011

Dhuuuaaarrr!!!


Lagi, lagi dan lagi muncul kasus bom bunuh diri di negeri ini. Kali ini lokasinya di sebuah masjid di Cirebon. Di saat Salat Jumat tengah berlangsung, sebuah ledakan keras terjadi dan melukai puluhan orang di dalam masjid tersebut. Korban yang kebanyakan anggota kepolisian itu pun langsung berhamburan keluar dari masjid dalam kondisi tubuh yang penuh luka dan darah. Sementara itu, di dalam masjid tergeletak sesosok mayat pria dalam kondisi tubuh yang hancur tetapi wajahnya masih utuh. Pria inilah yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri.

Kasus bom bunuh diri ini sebenarnya masih terus diselidiki oleh pihak berwajib mengenai pelaku serta motif dibalik tindakannya tersebut, tetapi ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari permasalahan ini. Pertama, apa yang sebenarnya ada di pikiran pria tersebut saat akan melakukan bom bunuh diri? Apa tujuannya? Bukankah itu merupakan tindakan yang hanya akan merugikan dirinya sendiri maupun orang lain? Kedua, mengapa ia harus melakukan tindakan tidak terpuji tersebut di tempat ibadah?

Kasus bom bunuh diri di Cirebon ini bukanlah yang pertama di Indonesia. Berbagai kasus serupa pernah terjadi di berbagai daerah di negeri ini. Para pelaku melakukan tindakan bom bunuh diri tanpa memandang orang lain yang ada di sekitar mereka. Mereka juga bahkan tidak peduli dengan tubuh mereka sendiri. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, tindakan bom bunuh diri di Cirebon ini dilakukan di tempat ibadah. Sungguh miris melihat tindakan yang tidak bermoral dari si pelaku. Tindakannya menunjukkan kemerosotan moral yang ada di bangsa ini. Bangsa ini memang tengah mengalami banyak masalah, baik politik, ekomoni, dan sebagainya. Rakyat pun telah melakukan banyak cara dalam mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap kinerja pemerintah maupun aparat negara. Jika memang tindakan pelaku bom bunuh diri di Cirebon kali ini didasarkan sebagai bentuk protes atas pemerintah (secara khusus kepolisian), seharusnya tidak dilakukan dengan cara bom bunuh diri. Dengan alasan apapun tindakan ini hanya akan meresahkan masyarakat serta mengganggu kedamaian hidup di negeri ini. 

Oleh karena itu, baik rakyat maupun pemerintah semestinya harus saling memahami posisi dan tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan bernegara. Selain itu, sebisa mungkin masing-masing pihak menghindari praktek-praktek yang akan memunculkan protes maupun amarah serta gangguan bagi pihak lainnya. Di samping itu, pembinaan moral tiap individu di negeri ini juga perlu dibangun. Karena semua tindakan yang dilakukan manusia, baik dan buruk, sangat dipengaruhi oleh moral yang dimilikinya. Pembinaan dari segi edukasi juga cukup penting karena jika dipadukan dengan moral yang baik, maka akan membentuk pola pikir yang sehat serta lebih terarah dalam mencari jalan keluar dari setiap masalah. Dengan demikian, diharapkan kasus-kasus yang tidak bermoral, khususnya bom bunuh diri, tidak terjadi lagi di negeri ini.

Sunday, April 3, 2011

(bisa) PILIH: Paket Hemat atau Paket Lengkap

Ini bukan lagi ngomongin tentang makanan atau minuman tapi tentang Ujian Nasional (UN)! Malam ini saya menonton tayangan di sebuah stasiun televisi swasta yang membahas tentang kebocoran soal-soal UN. Dengan mudahnya lembar-lembar soal dengan keterangan pada amplop 'RAHASIA NEGARA' itu dibocorkan isinya bahkan dijual layaknya barang dagangan biasa. Seorang narasumber, yang merupakan wartawan sebuah majalah, memaparkan bahwa beberapa 'informan' yang menjembatani antara pihak sekolah dan pembuat soal mengaku bahwa mereka menyediakan soal-soal UN + jawabannya dengan pilihan *paket hemat* senilai 1 juta rupiah (untuk 1 mata pelajaran) atau *paket lengkap* senilai 12 juta rupiah.

Mendengar fakta seperti ini membuat saya berpikir, sebegitu sulitkah generasi saat ini mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi UN?? Mungkin jawabannya bisa bervariasi. Ada yang mengatakan 'kalau ada yang mudah kenapa cari yang susah' atau ada juga yang berpendapat 'materi yang harus dipelajari banyak banget'. Ya, itulah fakta yang ada di kalangan siswa saat ini yang akan menghadapi UN.

Dari permasalahan kebocoran soal UN ini, saya menyimpulkan 2 poin :

  • Dari sisi siswa, sebagai peserta UN : seharusnya siswa tidak mudah terpengaruh dengan bocoran soal-soal UN tersebut. Mungkin susah rasanya menjauh dari fakta bahwa semua siswa yang akan mengikuti UN pasti memiliki ketakutan tidak lulus ujian. Tapi haruskah dengan cara membeli soal UN bahkan lengkap dengan jawabannya? Belum lagi dengan kebenaran jawaban soal UN tersebut yang tidak dijamin 100% benar
  • Dari sisi pemerintah, sebagai penyelenggara UN : jika memang penyelenggaraan UN dipandang sebagai sebuah 'jalur wajib' yang harus ditempuh para siswa sekolah untuk mendapatkan selembar ijazah dengan keterangan 'LULUS', mengapa praktek-praktek kebocoran soal UN tidak diberantas secara tuntas. Begitu mudahnya orang dalam dari pihak yang mengurus distribusi soal-soal UN membocorkan lembar demi lembar yang dicap sebagai 'RAHASIA NEGARA'
Di manakah letak moral siswa yang dengan seenaknya menggunakan soal bocoran tersebut untuk menghadapi UN sementara siswa yang lainnya berusaha keras mencapai hasil yang baik dengan belajar siang dan malam?
Lalu di mana pula letak nurani para pihak yang membocorkan soal UN tersebut? Apakah mereka tidak menyadari bahwa itu hanya akan menurunkan kualitas generasi bangsa Indonesia ke depan?

Sadar atau tidak, hal ini dapat mempengaruhi mental bangsa kita ke depan. Jika masalah kebocoran soal UN ini selalu terulang tiap tahun, bukan sesuatu yang mustahil bahwa bangsa ini akan berkembang menjadi bangsa dengan generasi yang bermental peniru atau bahkan generasi yang menghalalkan segala cara (termasuk dengan memanfaatkan uang yang dimiliki) untuk mendapatkan semua yang mereka inginkan. Selain itu generasi bangsa ini pun akan sulit untuk berpikir yang kreatif dan inovatif. Oleh sebab itu, dengan alasan apapun kebocoran soal adalah praktek yang harus diberantas dalam penyelenggaraan Ujian Nasional!